Scroll to top

Pentingnya Literasi untuk Kesejahteraan Masyarakat
User

Pentingnya Literasi untuk Kesejahteraan Masyarakat

KEBIASAAN membaca buku tentang inovasi merangsang orang untuk berproduksi barang dan jasa yang bermutu. Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang hebat bila terbiasa memproduksi, bukan sekedar menjadi konsumen semata. Kepala Perpustakaan, Muhammad Syarif Bando menyampaikan hal itu terkait pentingnya penguatan literasi.

Syarif Bando mengatakan literasi sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat. Disebutkannya literasi terbagi empat tingkatan, yakni kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bacaan, memahami yang tersirat dari yang tersurat dan mengemukan ide, teori, kreativitas dan inovasi baru. "Nah yang keempat inilah puncaknya yakni mampu menciptakan barang dan jasa yang bermutu yang bisa dipakai dalam kompetisi global. Jadi literasi tidak lagi sekedar bisa membaca namun memproduksi," kata Syarif dalam keterangan tertulis,

Baca Lainnya :

ini literasi Tiongkok berada jauh di atas Indonesia, bahkan mereka memimpin dunia dalam percaturan kompetisi global. Sementara penduduk Indonesia banyak menjadi konsumen dan rendah memproduksi karena dampak dari rendahnya tingkat literasi. "Maka dari itu, Perpusnas memberikan aksestabilitas digital untuk semua mahasiswa di seluruh nusantara di era study from home (SFH) ini," kata Syarif. Diakui Perpusnas Indonesia saat ini menjadi perpustakaan terbaik ketiga di dunia pada top open access journal ilmiah dengan kurang lebih 4 milyar artikel. Selain mahasiswa, layanan tersebut juga diberikan kepada tenaga pendidik dan semua sekolah. "Karena pada akhirnya persaingan global dalam tatatan ekonomi dunia adalah siapa yang bisa ciptakan produksi untuk konsumsi massal. Saat ini kita dipaksa hidup dengan teknologi yang bergerak sangat cepat,” urai dia. Indonesia dengan 270 juta penduduk saat ini dan diprediksi 50 tahun kedepan penduduk Asia akan menjadi sebanyak 5 milyar, Eropa 800 juta, Amerika Utara 1-1,2 milyar. Ini artinya benua Asia akan menjadi pusat baru kehidupan manusia, dan jantungnya adalah Indonesia yang bakal menjadi tema sentral literasi dalam menciptakan barang dan jasa bermutu. Namun sayangnya, berdasar standar Unesco setiap orang minimal membaca 3 buku baru setiap tahun. Kalau penduduk Indonesia 270 juta, maka membutuhkan 810 juta buku beredar di masyarakat setiap tahun. Namun total jumlah bahan bacaan hanya mencapai 22, 3 juta eksemplar dengan rasio nasional 0,0098 atau tidak mencapai 1 persen. Sementara Eropa bisa mencapai 15-20 buku per tahun, Amerika Utara bisa 25 buku setahun. Artinya Indonesia mengalami ketertinggalam jauh. Jadi jangan menghakimi anak-anak Indonesia di sisi hilir yang rendah budaya baca, tetapi ini dikarenakan tidak disiapkannya buku yang beredar di masyarakat. "Siapa yang bertanggung jawab memastikan adanya peredaran buku di masyarakat. Ini adalah tugas penyelenggara negara. Tapi penulis dan penerbit buku juga harus bisa menyesuaikan kebutuhan masyarakat di berbagai tempat yang tidak sama kebutuhannya," jelas Bando. Untuk itu, pada tahun 2021 ini Perpusnas fokus membicarakan persoalan literasi di sisi hilir dan hulu. Sisi hilir hasil survei rendah budaya baca dan mengakibatkan rendah literasi. Akhirnya parameter dunia menilai daya saing global Indonesia dan income per kapitanya rendah. Sementara sisi hulu, yakni peran eksekutif legislatif dan yudikatif serta komponen bangsa, bertugas mencerdaskan bangsa. Buku sudah jadi kebutuhan pokok yang ke-10 karena menjadi pemicu memenuhi kebutuhan pokok lainnya. Perpustakaan nasional di seluruh dunia dianggap sebagai sumber informasi untuk seluruh masyarakat, dan dibangun sebagai jantung pendidikan, serta menjadi jembatan ilmu pengetahuan. Institus tersebut telah dibangun 2014 "Maka fungsi kami adalah bagaimana masyarakat mendapat informasi. Di 2021 ini kami menjadikan Perpusnas ini sebagai universitas zoom dengan berpelanggan 10.000 kuota orang setiap membuat acara dengan mengundang berbagai rektor, menteri, dan nara sumber lainnya. Sementara saya hanyalah pustakawan yang mensinergitas serta hadirkan orang-orang profesional," papar Syarif. Diakui tantangan utama Perpusnas saat ini adalah menyakinkan generasi milenial membutuhkan ilmu pengetahuan agar mampu menghasilkan barang dan jasa yang bermutu di masa mendatang. Generasi milenial tidak boleh menjadi generasi internetan yang hanya berselancar di gelombang, dengan penuh ketidakpastian dan pengetahuan yang sangat dangkal. Syarif Bando bakal menyakinikan semua orang bahwa ilmu pengetahuan penting sekaligus memastikan semua jenis perpustakaan di seluruh Indonesia berfungsi dengan baik untuk bisa melayani masyarakat. Sehingga mampu mencerdaskan anak bangsa, sejahterakan mereka, serta menghantar mereka menjadi masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

TAGS: nasional

Write a Facebook Comment

Leave a Comments